BAWANG MERAH DAN BAWANG PUTIH
Cerita Rakyat Riau, Sumatera
Jaman dahulu kala di sebuah desa
tinggal sebuah keluarga yang terdiri dari Ayah, Ibu dan seorang gadis
remaja yang cantik bernama bawang putih. Mereka adalah keluarga yang
bahagia. Meski ayah bawang putih hanya pedagang biasa, namun mereka
hidup rukun dan damai. Namun suatu hari ibu bawang putih sakit keras dan
akhirnya meninggal dunia. Bawang putih sangat berduka demikian pula
ayahnya.
Di desa itu tinggal pula seorang janda yang memiliki anak bernama Bawang
Merah. Semenjak ibu Bawang putih meninggal, ibu Bawang merah sering
berkunjung ke rumah Bawang putih. Dia sering membawakan makanan,
membantu bawang putih membereskan rumah atau hanya menemani Bawang Putih
dan ayahnya mengobrol. Akhirnya ayah Bawang putih berpikir bahwa
mungkin lebih baik kalau ia menikah saja dengan ibu Bawang merah, supaya
Bawang putih tidak kesepian lagi.
Dengan pertimbangan dari bawang putih, maka ayah Bawang putih menikah
dengan ibu bawang merah. Awalnya ibu bawang merah dan bawang merah
sangat baik kepada bawang putih. Namun lama kelamaan sifat asli mereka
mulai kelihatan. Mereka kerap memarahi bawang putih dan memberinya
pekerjaan berat jika ayah Bawang Putih sedang pergi berdagang. Bawang
putih harus mengerjakan semua pekerjaan rumah, sementara Bawang merah
dan ibunya hanya duduk-duduk saja. Tentu saja ayah Bawang putih tidak
mengetahuinya, karena Bawang putih tidak pernah menceritakannya.
Suatu hari ayah Bawang putih jatuh sakit dan kemudian meninggal dunia.
Sejak saat itu Bawang merah dan ibunya semakin berkuasa dan semena-mena
terhadap Bawang putih. Bawang putih hampir tidak pernah beristirahat.
Dia sudah harus bangun sebelum subuh, untuk mempersiapkan air mandi dan
sarapan bagi Bawang merah dan ibunya. Kemudian dia harus memberi makan
ternak, menyirami kebun dan mencuci baju ke sungai. Lalu dia masih harus
menyetrika, membereskan rumah, dan masih banyak pekerjaan lainnya.
Namun Bawang putih selalu melakukan pekerjaannya dengan gembira, karena
dia berharap suatu saat ibu tirinya akan mencintainya seperti anak
kandungnya sendiri.
Pagi ini seperti biasa Bawang putih membawa bakul berisi pakaian yang
akan dicucinya di sungai. Dengan bernyanyi kecil dia menyusuri jalan
setapak di pinggir hutan kecil yang biasa dilaluinya. Hari itu cuaca
sangat cerah. Bawang putih segera mencuci semua pakaian kotor yang
dibawanya. Saking terlalu asyiknya, Bawang putih tidak menyadari
bahwasalah satu baju telah hanyut terbawa arus. Celakanya baju yang
hanyut adalah baju kesayangan ibu tirinya. Ketika menyadari hal itu,
baju ibu tirinya telah hanyut terlalu jauh. Bawang putih mencoba
menyusuri sungai untuk mencarinya, namun tidak berhasil menemukannya.
Dengan putus asa dia kembali ke rumah dan menceritakannya kepada ibunya.
“Dasar ceroboh!” bentak ibu tirinya. “Aku tidak mau tahu, pokoknya kamu
harus mencari baju itu! Dan jangan berani pulang ke rumah kalau kau
belum menemukannya. Mengerti?”
Bawang putih terpaksa menuruti keinginan ibun tirinya. Dia segera
menyusuri sungai tempatnya mencuci tadi. Mataharisudah mulai meninggi,
namun Bawang putih belum juga menemukan baju ibunya. Dia memasang
matanya, dengan teliti diperiksanya setiap juluran akar yang menjorok ke
sungai, siapa tahu baju ibunya tersangkut disana. Setelah jauh
melangkah dan matahari sudah condong ke barat, Bawang putih melihat
seorang penggembala yang sedang memandikan kerbaunya. Maka Bawang putih
bertanya: “Wahai paman yang baik, apakah paman melihat baju merah yang
hanyut lewat sini? Karena saya harus menemukan dan membawanya pulang.”
“Ya tadi saya lihat nak. Kalau kamu mengejarnya cepat-cepat, mungkin kau
bisa mengejarnya,” kata paman itu.
“Baiklah paman, terima kasih!” kata Bawang putih dan segera berlari
kembali menyusuri. Hari sudah mulai gelap, Bawang putih sudah mulai
putus asa. Sebentar lagi malam akan tiba, dan Bawang putih. Dari
kejauhan tampak cahaya lampu yang berasal dari sebuah gubuk di tepi
sungai. Bawang putih segera menghampiri rumah itu dan mengetuknya.
“Permisi…!” kata Bawang putih. Seorang perempuan tua membuka pintu.
“Siapa kamu nak?” tanya nenek itu.
“Saya Bawang putih nek. Tadi saya sedang mencari baju ibu saya yang
hanyut. Dan sekarang kemalaman. Bolehkah saya tinggal di sini malam
ini?” tanya Bawang putih.
“Boleh nak. Apakah baju yang kau cari berwarna merah?” tanya nenek.
“Ya nek. Apa…nenek menemukannya?” tanya Bawang putih.
“Ya. Tadi baju itu tersangkut di depan rumahku. Sayang, padahal aku
menyukai baju itu,” kata nenek. “Baiklah aku akan mengembalikannya, tapi
kau harus menemaniku dulu disini selama seminggu. Sudah lama aku tidak
mengobrol dengan siapapun, bagaimana?” pinta nenek.Bawang putih berpikir
sejenak. Nenek itu kelihatan kesepian. Bawang putih pun merasa iba.
“Baiklah nek, saya akan menemani nenek selama seminggu, asal nenek tidak
bosan saja denganku,” kata Bawang putih dengan tersenyum.
Selama seminggu Bawang putih tinggal dengan nenek tersebut. Setiap hari
Bawang putih membantu mengerjakan pekerjaan rumah nenek. Tentu saja
nenek itu merasa senang. Hingga akhirnya genap sudah seminggu, nenek pun
memanggil bawang putih.
“Nak, sudah seminggu kau tinggal di sini. Dan aku senang karena kau anak
yang rajin dan berbakti. Untuk itu sesuai janjiku kau boleh membawa
baju ibumu pulang. Dan satu lagi, kau boleh memilih satu dari dua labu
kuning ini sebagai hadiah!” kata nenek.
Mulanya Bawang putih menolak diberi hadiah tapi nenek tetap memaksanya.
Akhirnya Bawang putih memilih labu yang paling kecil. “Saya takut tidak
kuat membawa yang besar,” katanya. Nenek pun tersenyum dan mengantarkan
Bawang putih hingga depan rumah.
Sesampainya di rumah, Bawang putih menyerahkan baju merah milik ibu
tirinya sementara dia pergi ke dapur untuk membelah labu kuningnya.
Alangkah terkejutnya bawang putih ketika labu itu terbelah, didalamnya
ternyata berisi emas permata yang sangat banyak. Dia berteriak saking
gembiranya dan memberitahukan hal ajaib ini ke ibu tirinya dan bawang
merah yang dengan serakah langsun merebut emas dan permata tersebut.
Mereka memaksa bawang putih untuk menceritakan bagaimana dia bisa
mendapatkan hadiah tersebut. Bawang putih pun menceritakan dengan
sejujurnya.
Mendengar cerita bawang putih, bawang merah dan ibunya berencana untuk
melakukan hal yang sama tapi kali ini bawang merah yang akan
melakukannya. Singkat kata akhirnya bawang merah sampai di rumah nenek
tua di pinggir sungai tersebut. Seperti bawang putih, bawang merah pun
diminta untuk menemaninya selama seminggu. Tidak seperti bawang putih
yang rajin, selama seminggu itu bawang merah hanya bermalas-malasan.
Kalaupun ada yang dikerjakan maka hasilnya tidak pernah bagus karena
selalu dikerjakan dengan asal-asalan. Akhirnya setelah seminggu nenek
itu membolehkan bawang merah untuk pergi. “Bukankah seharusnya nenek
memberiku labu sebagai hadiah karena menemanimu selama seminggu?” tanya
bawang merah. Nenek itu terpaksa menyuruh bawang merah memilih salah
satu dari dua labu yang ditawarkan. Dengan cepat bawang merah mengambil
labu yang besar dan tanpa mengucapkan terima kasih dia melenggang pergi.
Sesampainya di rumah bawang merah segera menemui ibunya dan dengan
gembira memperlihatkan labu yang dibawanya. Karena takut bawang putih
akan meminta bagian, mereka menyuruh bawang putih untuk pergi ke sungai.
Lalu dengan tidak sabar mereka membelah labu tersebut. Tapi ternyata
bukan emas permata yang keluar dari labu tersebut, melainkan
binatang-binatang berbisa seperti ular, kalajengking, dan lain-lain.
Binatang-binatang itu langsung menyerang bawang merah dan ibunya hingga
tewas. Itulah balasan bagi orang yang serakah.
sumber link :
http://www.lokerseni.web.id/2012/01/cerita-rakyat-bawang-merah dan-bawang.html#ixzz2XP8xhh3p
KEONG MAS
Cerita Rakyat Tanah Jawa
Alkisah
pada jaman dahulu kala hiduplah seorang pemuda bernama Galoran. Ia
termasuk orang yang disegani karena kekayaan dan pangkat orangtuanya.
Namun Galoran sangatlah malas dan boros. Sehari-hari kerjanya hanya
menghambur-hamburkan harta orangtuanya, bahkan pada waktu orang tuanya
meninggal dunia ia semakin sering berfoya-foya. Karena itu lama kelamaan
habislah harta orangtuanya. Walaupun demikian tidak membuat Galoran
sadar juga, bahkan waktu dihabiskannya dengan hanya bermalas-malasan dan
berjalan-jalan. Iba warga kampung melihatnya. Namun setiap kali ada
yang menawarkan pekerjaan kepadanya, Galoran hanya makan dan tidur saja
tanpa mau melakukan pekerjaan tersebut. Namun akhirnya galoran dipungut
oleh seorang janda berkecukupan untuk dijadikan teman hidupnya. Hal ini
membuat Galoran sangat senang ; "Pucuk dicinta ulam pun tiba", demikian
pikir Galoran.
Janda tersebut mempunyai seorang anak perempuan yang sangat rajin dan
pandai menenun, namanya Jambean. Begitu bagusnya tenunan Jambean sampai
dikenal diseluruh dusun tersebut. Namun Galoran sangat membenci anak
tirinya itu, karena seringkali Jambean menegurnya karena selalu
bermalas-malasan.
Rasa benci Galoran sedemikian dalamnya, sampai tega merencanakan
pembunuhan anak tirinya sendiri. Dengan tajam dia berkata pada istrinya :
" Hai, Nyai, sungguh beraninya Jambean kepadaku. Beraninya ia
menasehati orangtua! Patutkah itu ?" "Sabar, Kak. Jambean tidak
bermaksud buruk terhadap kakak" bujuk istrinya itu. "Tahu aku mengapa ia
berbuat kasar padaku, agar aku pergi meninggalkan rumah ini !" seru nya
lagi sambil melototkan matanya. "Jangan begitu kak, Jambean hanya
sekedar mengingatkan agar kakak mau bekerja" demikian usaha sang istri
meredakan amarahnya. "Ah .. omong kosong. Pendeknya sekarang engkau
harus memilih .. aku atau anakmu !" demikian Galoran mengancam.
Sedih hati ibu Jambean. Sang ibu menangis siang-malam karena bingung
hatinya. Ratapnya : " Sampai hati bapakmu menyiksaku jambean. Jambean
anakku, mari kemari nak" serunya lirih. "Sebentar mak, tinggal sedikit
tenunanku" jawab Jambean. "Nah selesai sudah" serunya lagi. Langsung
Jambean mendapatkan ibunya yang tengah bersedih. "Mengapa emak bersedih
saja" tanyanya dengan iba. Maka diceritakanlah rencana bapak Jambean
yang merencanakan akan membunuh Jambean. Dengan sedih Jambean pun
berkata : " Sudahlah mak jangan bersedih, biarlah aku memenuhi keinginan
bapak. Yang benar akhirnya akan bahagia mak". "Namun hanya satu pesanku
mak, apabila aku sudah dibunuh ayah janganlah mayatku ditanam tapi
buang saja ke bendungan" jawabnya lagi. Dengan sangat sedih sang ibu pun
mengangguk-angguk. Akhirnya Jambean pun dibunuh oleh ayah tirinya, dan
sesuai permintaan Jambean sang ibu membuang mayatnya di bendungan.
Dengan ajaib batang tubuh dan kepala Jambean berubah menjadi udang dan
siput, atau disebut juga dengan keong dalam bahasa Jawanya.
Tersebutlah di Desa Dadapan dua orang janda bersaudara bernama Mbok
Rondo Sambega dan Mbok Rondo Sembadil. Kedua janda itu hidup dengan
sangat melarat dan bermata pencaharian mengumpulkan kayu dan daun talas.
Suatu hari kedua bersaudara tersebut pergi ke dekat bendungan untuk
mencari daun talas. Sangat terpana mereka melihat udang dan siput yang
berwarna kuning keemasan. "Alangkah indahnya udang dan siput ini" seru
Mbok Rondo Sambega "Lihatlah betapa indahnya warna kulitnya, kuning
keemasan. Ingin aku bisa memeliharanya" serunya lagi. "Yah sangat indah,
kita bawa saja udang dan keong ini pulang" sahut Mbok Rondo Sembadil.
Maka dipungutnya udang dan siput tersebut untuk dibawa pulang. Kemudian
udang dan siput tersebut mereka taruh di dalam tempayan tanah liat di
dapur. Sejak mereka memelihara udang dan siput emas tersebut kehidupan
merekapun berubah. Terutama setiap sehabis pulang bekerja, didapur telah
tersedia lauk pauk dan rumah menjadi sangat rapih dan bersih. Mbok
Rondo Sambega dan Mbok Rondo Sembadil juga merasa keheranan dengan
adanya hal tersebut. Sampai pada suatu hari mereka berencana untuk
mencari tahu siapakah gerangan yang melakukan hal tersebut.
Suatu hari mereka seperti biasanya pergi untuk mencari kayu dan daun
talas, mereka berpura-pura pergi dan kemudian setelah berjalan agak jauh
mereka segera kembali menyelinap ke dapur. Dari dapur terdengar suara
gemerisik, kedua bersaudara itu segera mengintip dan melihat seorang
gadis cantik keluar dari tempayan tanah liat yang berisi udang dan Keong
Emas peliharaan mereka. "tentu dia adalah jelmaan keong dan udang emas
itu" bisik Mbok Rondo Sambega kepada Mbok Rondo Sembadil. "Ayo kita
tangkap sebelum menjelma kembali menjadi udang dan Keong Emas" bisik
Mbok Rondo Sembadil. Dengan perlahan-lahan mereka masuk ke dapur, lalu
ditangkapnya gadis yang sedang asik memasak itu. "Ayo ceritakan lekas
nak, siapa gerangan kamu itu" desak Mbok Rondo Sambega "Bidadarikah kamu
?" sahutnya lagi. "bukan Mak, saya manusia biasa yang karena dibunuh
dan dibuang oleh orang tua saya, maka saya menjelma menjadi udang dan
keong" sahut Jambean lirih. "terharu mendengar cerita Jambean kedua
bersaudara itu akhirnya mengambil Keong Emas sebagai anak angkat mereka.
Sejak itu Keong Emas membantu kedua bersaudara tersebut dengan menenun.
Tenunannya sangat indah dan bagus sehingga terkenallah tenunan terebut
keseluruh negeri, dan kedua janda bersaudara tersebut menjadi bertambah
kaya dari hari kehari.
Sampailah tenunan tersebut di ibu kota kerajaan. Sang raja muda sangat
tertarik dengan tenunan buatan Jambean atau Keong Emas tersebut.
Akhirnya raja memutuskan untuk meninjau sendiri pembuatan tenunan
tersebut dan pergi meninggalkan kerajaan dengan menyamar sebagai
saudagar kain. Akhirnya tahulah raja perihal Keong Emas tersebut, dan
sangat tertarik oleh kecantikan dan kerajinan Keong Emas. Raja
menitahkan kedua bersaudara tersebut untuk membawa Jambean atau Keong
Emas untuk masuk ke kerajaan dan meminang si Keong Emas untuk dijadikan
permaisurinya. Betapa senang hati kedua janda bersaudara tersebut.
LUTUNG KASARUNG
Cerita Rakyat Jawa Barat
Pada jaman dahulu kala di tatar
pasundan ada sebuah kerajaan yang pimpin oleh seorang raja yang
bijaksana, beliau dikenal sebagai Prabu Tapak Agung.
Prabu Tapa Agung mempunyai dua orang putri cantik yaitu Purbararang dan adiknya Purbasari.
Pada saat mendekati akhir hayatnya Prabu Tapak Agung menunjuk Purbasari,
putri bungsunya sebagai pengganti. “Aku sudah terlalu tua, saatnya aku
turun tahta,” kata Prabu Tapa.
Purbasari memiliki kakak yang bernama Purbararang. Ia tidak setuju
adiknya diangkat menggantikan Ayah mereka. “Aku putri Sulung, seharusnya
ayahanda memilih aku sebagai penggantinya,” gerutu Purbararang pada
tunangannya yang bernama Indrajaya. Kegeramannya yang sudah memuncak
membuatnya mempunyai niat mencelakakan adiknya. Ia menemui seorang nenek
sihir untuk memanterai Purbasari. Nenek sihir itu memanterai Purbasari
sehingga saat itu juga tiba-tiba kulit Purbasari menjadi bertotol-totol
hitam. Purbararang jadi punya alasan untuk mengusir adiknya tersebut.
“Orang yang dikutuk seperti dia tidak pantas menjadi seorang Ratu !”
ujar Purbararang.
Kemudian ia menyuruh seorang Patih untuk mengasingkan Purbasari ke
hutan. Sesampai di hutan patih tersebut masih berbaik hati dengan
membuatkan sebuah pondok untuk Purbasari. Ia pun menasehati Purbasari,
“Tabahlah Tuan Putri. Cobaan ini pasti akan berakhir, Yang Maha Kuasa
pasti akan selalu bersama Putri”. “Terima kasih paman”, ujar Purbasari.
Selama di hutan ia mempunyai banyak teman yaitu hewan-hewan yang selalu
baik kepadanya. Diantara hewan tersebut ada seekor kera berbulu hitam
yang misterius. Tetapi kera tersebut yang paling perhatian kepada
Purbasari. Lutung kasarung selalu menggembirakan Purbasari dengan
mengambilkan bunga –bunga yang indah serta buah-buahan bersama
teman-temannya.
Pada saat malam bulan purnama, Lutung Kasarung bersikap aneh. Ia
berjalan ke tempat yang sepi lalu bersemedi. Ia sedang memohon sesuatu
kepada Dewata. Ini membuktikan bahwa Lutung Kasarung bukan makhluk
biasa. Tidak lama kemudian, tanah di dekat Lutung merekah dan
terciptalah sebuah telaga kecil, airnya jernih sekali. Airnya mengandung
obat yang sangat harum.
Keesokan harinya Lutung Kasarung menemui Purbasari dan memintanya untuk
mandi di telaga tersebut. “Apa manfaatnya bagiku ?”, pikir Purbasari.
Tapi ia mau menurutinya. Tak lama setelah ia menceburkan dirinya.
Sesuatu terjadi pada kulitnya. Kulitnya menjadi bersih seperti semula
dan ia menjadi cantik kembali. Purbasari sangat terkejut dan gembira
ketika ia bercermin ditelaga tersebut.
Di istana, Purbararang memutuskan untuk melihat adiknya di hutan. Ia
pergi bersama tunangannya dan para pengawal. Ketika sampai di hutan, ia
akhirnya bertemu dengan adiknya dan saling berpandangan. Purbararang tak
percaya melihat adiknya kembali seperti semula. Purbararang tidak mau
kehilangan muka, ia mengajak Purbasari adu panjang rambut. “Siapa yang
paling panjang rambutnya dialah yang menang !”, kata Purbararang.
Awalnya Purbasari tidak mau, tetapi karena terus didesak ia meladeni
kakaknya. Ternyata rambut Purbasari lebih panjang.
“Baiklah aku kalah, tapi sekarang ayo kita adu tampan tunangan kita, Ini
tunanganku”, kata Purbararang sambil mendekat kepada Indrajaya.
Purbasari mulai gelisah dan kebingungan. Akhirnya ia melirik serta
menarik tangan Lutung Kasarung. Lutung Kasarung melonjak-lonjak
seakan-akan menenangkan Purbasari. Purbararang tertawa terbahak-bahak,
“Jadi monyet itu tunanganmu ?”.
Pada saat itu juga Lutung Kasarung segera bersemedi. Tiba-tiba terjadi
suatu keajaiban. Lutung Kasarung berubah menjadi seorang Pemuda gagah
berwajah sangat tampan, lebih dari Indrajaya. Semua terkejut melihat
kejadian itu seraya bersorak gembira. Purbararang akhirnya mengakui
kekalahannya dan kesalahannya selama ini. Ia memohon maaf kepada adiknya
dan memohon untuk tidak dihukum. Purbasari yang baik hati memaafkan
mereka. Setelah kejadian itu akhirnya mereka semua kembali ke Istana.
Purbasari menjadi seorang ratu, didampingi oleh seorang pemuda
idamannya. Pemuda yang ternyata selama ini selalu mendampinginya dihutan
dalam wujud seekor lutung.
sumber link :
http://www.lokerseni.web.id/2012/01/cerita-rakyat-lutung-kasarung.html#ixzz2XP9sQ8Hp
DANAU TOBA
Cerita Rakyat Sumatera Utara
Di
wilayah Sumatera hiduplah seorang petani yang sangat rajin bekerja. Ia
hidup sendiri sebatang kara. Setiap hari ia bekerja menggarap lading dan
mencari ikan dengan tidak mengenal lelah. Hal ini dilakukannya untuk
memenuhi kebutuhannya sehari-hari.
Pada suatu hari petani tersebut
pergi ke sungai di dekat tempat tinggalnya, ia bermaksud mencari ikan
untuk lauknya hari ini. Dengan hanya berbekal sebuah kail, umpan dan
tempat ikan, ia pun langsung menuju ke sungai. Setelah sesampainya di
sungai, petani tersebut langsung melemparkan kailnya. Sambil menunggu
kailnya dimakan ikan, petani tersebut berdoa,“Ya Alloh, semoga aku dapat
ikan banyak hari ini”. Beberapa saat setelah berdoa, kail yang
dilemparkannya tadi nampak bergoyang-goyang. Ia segera menarik kailnya.
Petani tersebut sangat senang sekali, karena ikan yang didapatkannya
sangat besar dan cantik sekali.
Setelah beberapa saat memandangi
ikan hasil tangkapannya, petani itu sangat terkejut. Ternyata ikan yang
ditangkapnya itu bisa berbicara. “Tolong aku jangan dimakan Pak!!
Biarkan aku hidup”, teriak ikan itu. Tanpa banyak Tanya, ikan
tangkapannya itu langsung dikembalikan ke dalam air lagi. Setelah
mengembalikan ikan ke dalam air, petani itu bertambah terkejut, karena
tiba-tiba ikan tersebut berubah menjadi seorang wanita yang sangat
cantik.
“Jangan takut Pak, aku tidak
akan menyakiti kamu”, kata si ikan. “Siapakah kamu ini? Bukankah kamu
seekor ikan?, Tanya petani itu. “Aku adalah seorang putri yang dikutuk,
karena melanggar aturan kerajaan”, jawab wanita itu. “Terimakasih engkau
sudah membebaskan aku dari kutukan itu, dan sebagai imbalannya aku
bersedia kau jadikan istri”, kata wanita itu. Petani itupun setuju. Maka
jadilah mereka sebagai suami istri. Namun, ada satu janji yang telah
disepakati, yaitu mereka tidak boleh menceritakan bahwa asal-usul Puteri
dari seekor ikan. Jika janji itu dilanggar maka akan terjadi petaka
dahsyat.
Setelah beberapa lama mereka
menikah, akhirnya kebahagiaan Petani dan istrinya bertambah, karena
istri Petani melahirkan seorang bayi laki-laki. Anak mereka tumbuh
menjadi anak yang sangat tampan dan kuat, tetapi ada kebiasaan yang
membuat heran semua orang. Anak tersebut selalu merasa lapar, dan tidak
pernah merasa kenyang. Semua jatah makanan dilahapnya tanpa sisa.
Hingga suatu hari anak petani
tersebut mendapat tugas dari ibunya untuk mengantarkan makanan dan
minuman ke sawah di mana ayahnya sedang bekerja. Tetapi tugasnya tidak
dipenuhinya. Semua makanan yang seharusnya untuk ayahnya dilahap habis,
dan setelah itu dia tertidur di sebuah gubug. Pak tani menunggu
kedatangan anaknya, sambil menahan haus dan lapar. Karena tidak tahan
menahan lapar, maka ia langsung pulang ke rumah. Di tengah perjalanan
pulang, pak tani melihat anaknya sedang tidur di gubug. Petani tersebut
langsung membangunkannya. “Hey, bangun!, teriak petani itu.
Setelah anaknya terbangun,
petani itu langsung menanyakan makanannya. “Mana makanan buat ayah?”,
Tanya petani. “Sudah habis kumakan”, jawab si anak. Dengan nada tinggi
petani itu langsung memarahi anaknya. "Anak tidak tau diuntung ! Tak
tahu diri! Dasar anak ikan!," umpat si Petani tanpa sadar telah
mengucapkan kata pantangan dari istrinya.
Setelah petani mengucapkan
kata-kata tersebut, seketika itu juga anak dan istrinya hilang lenyap
tanpa bekas dan jejak. Dari bekas injakan kakinya, tiba-tiba
menyemburlah air yang sangat deras. Air meluap sangat tinggi dan luas
sehingga membentuk sebuah telaga. Dan akhirnya membentuk sebuah danau.
Danau itu akhirnya dikenal dengan nama Danau Toba.
TIMUN MAS
Cerita Rakyat Jawa Tengah
Pada zaman dahulu, hiduplah
sepasang suami istri petani. Mereka tinggal di sebuah desa di dekat
hutan. Mereka hidup bahagia. Sayangnya mereka belum saja dikaruniai
seorang anak pun.
Setiap hari mereka berdoa pada Yang Maha Kuasa. Mereka berdoa agar
segera diberi seorang anak. Suatu hari seorang raksasa melewati tempat
tinggal mereka. Raksasa itu mendengar doa suami istri itu. Raksasa itu
kemudian memberi mereka biji mentimun.
“Tanamlah biji ini. Nanti kau akan mendapatkan seorang anak perempuan,”
kata Raksasa. “Terima kasih, Raksasa,” kata suami istri itu. “Tapi ada
syaratnya. Pada usia 17 tahun anak itu harus kalian serahkan padaku,”
sahut Raksasa. Suami istri itu sangat merindukan seorang anak. Karena
itu tanpa berpikir panjang mereka setuju.
Suami istri petani itu kemudian menanam biji-biji mentimun itu. Setiap
hari mereka merawat tanaman yang mulai tumbuh itu dengan sebaik mungkin.
Berbulan-bulan kemudian tumbuhlah sebuah mentimun berwarna keemasan.
Buah mentimun itu semakin lama semakin besar dan berat. Ketika buah itu
masak, mereka memetiknya. Dengan hati-hati mereka memotong buah itu.
Betapa terkejutnya mereka, di dalam buah itu mereka menemukan bayi
perempuan yang sangat cantik. Suami istri itu sangat bahagia. Mereka
memberi nama bayi itu Timun Mas.
Tahun demi tahun berlalu. Timun Mas tumbuh menjadi gadis yang cantik.
Kedua orang tuanya sangat bangga padanya. Tapi mereka menjadi sangat
takut. Karena pada ulang tahun Timun Mas yang ke-17, sang raksasa datang
kembali. Raksasa itu menangih janji untuk mengambil Timun Mas.
Petani itu mencoba tenang. “Tunggulah sebentar. Timun Mas sedang
bermain. Istriku akan memanggilnya,” katanya. Petani itu segera menemui
anaknya. “Anakkku, ambillah ini,” katanya sambil menyerahkan sebuah
kantung kain. “Ini akan menolongmu melawan Raksasa. Sekarang larilah
secepat mungkin,” katanya. Maka Timun Mas pun segera melarikan diri.
Suami istri itu sedih atas kepergian Timun Mas. Tapi mereka tidak rela
kalau anaknya menjadi santapan Raksasa. Raksasa menunggu cukup lama. Ia
menjadi tak sabar. Ia tahu, telah dibohongi suami istri itu. Lalu ia pun
menghancurkan pondok petani itu. Lalu ia mengejar Timun Mas ke hutan.
Raksasa segera berlari mengejar Timun Mas. Raksasa semakin dekat. Timun
Mas segera mengambil segenggam garam dari kantung kainnya. Lalu garam
itu ditaburkan ke arah Raksasa. Tiba-tiba sebuah laut yang luas pun
terhampar. Raksasa terpaksa berenang dengan susah payah.
Timun Mas berlari lagi. Tapi kemudian Raksasa hampir berhasil
menyusulnya. Timun Mas kembali mengambil benda ajaib dari kantungnya. Ia
mengambil segenggam cabai. Cabai itu dilemparnya ke arah raksasa.
Seketika pohon dengan ranting dan duri yang tajam memerangkap Raksasa.
Raksasa berteriak kesakitan. Sementara Timun Mas berlari menyelamatkan
diri.
Tapi Raksasa sungguh kuat. Ia lagi-lagi hampir menangkap Timun Mas. Maka
Timun Mas pun mengeluarkan benda ajaib ketiga. Ia menebarkan biji-biji
mentimun ajaib. Seketika tumbuhlah kebun mentimun yang sangat luas.
Raksasa sangat letih dan kelaparan. Ia pun makan mentimun-mentimun yang
segar itu dengan lahap. Karena terlalu banyak makan, Raksasa tertidur.
Timun Mas kembali melarikan diri. Ia berlari sekuat tenaga. Tapi lama
kelamaan tenaganya habis. Lebih celaka lagi karena Raksasa terbangun
dari tidurnya. Raksasa lagi-lagi hampir menangkapnya. Timun Mas sangat
ketakutan. Ia pun melemparkan senjatanya yang terakhir, segenggam terasi
udang. Lagi-lagi terjadi keajaiban. Sebuah danau lumpur yang luas
terhampar. Raksasa terjerembab ke dalamnya. Tangannya hampir menggapai
Timun Mas. Tapi danau lumpur itu menariknya ke dasar. Raksasa panik. Ia
tak bisa bernapas, lalu tenggelam.
Timun Mas lega. Ia telah selamat. Timun Mas pun kembali ke rumah orang
tuanya. Ayah dan Ibu Timun Mas senang sekali melihat Timun Mas selamat.
Mereka menyambutnya. “Terima Kasih, Tuhan. Kau telah menyelamatkan
anakku,” kata mereka gembira.
Sejak saat itu Timun Mas dapat hidup tenang bersama orang tuanya. Mereka dapat hidup bahagia tanpa ketakutan lagi.
sumber link :
http://www.lokerseni.web.id/2012/01/cerita-rakyat-timun-mas.html#ixzz2XPAKVe43
CINDELARAS
Kerajaan Jenggala dipimpin oleh
seorang raja yang bernama Raden Putra. Ia didampingi oleh seorang
permaisuri yang baik hati dan seorang selir yang memiliki sifat iri dan
dengki. Raja Putra dan kedua istrinya tadi hidup di dalam istana yang
sangat megah dan damai. Hingga suatu hari selir raja merencanakan
sesuatu yang buruk pada permaisuri raja. Hal tersebut dilakukan karena
selir Raden Putra ingin menjadi permaisuri.
Selir baginda lalu berkomplot dengan seorang tabib istana untuk
melaksanakan rencana tersebut. Selir baginda berpura-pura sakit parah.
Tabib istana lalu segera dipanggil sang Raja. Setelah memeriksa selir
tersebut, sang tabib mengatakan bahwa ada seseorang yang telah menaruh
racun dalam minuman tuan putri. "Orang itu tak lain adalah permaisuri
Baginda sendiri," kata sang tabib. Baginda menjadi murka mendengar
penjelasan tabib istana. Ia segera memerintahkan patih untuk membuang
permaisuri ke hutan dan membunuhnya.
Sang Patih segera membawa permaisuri yang sedang mengandung itu ke
tengah hutan belantara. Tapi, patih yang bijak itu tidak mau membunuh
sang permaisuri. Rupanya sang patih sudah mengetahui niat jahat selir
baginda. "Tuan putri tidak perlu khawatir, hamba akan melaporkan kepada
Baginda bahwa tuan putri sudah hamba bunuh," kata patih. Untuk
mengelabui raja, sang patih melumuri pedangnya dengan darah kelinci yang
ditangkapnya. Raja merasa puas ketika sang patih melapor kalau ia sudah
membunuh permaisuri.
Setelah beberapa bulan berada di hutan, sang permaisuri melahirkan
seorang anak laki-laki. Anak itu diberinya nama Cindelaras. Cindelaras
tumbuh menjadi seorang anak yang cerdas dan tampan. Sejak kecil ia sudah
berteman dengan binatang penghuni hutan. Suatu hari, ketika sedang
asyik bermain, seekor rajawali menjatuhkan sebutir telur ayam.
Cindelaras kemudian mengambil telur itu dan bermaksud menetaskannya.
Setelah 3 minggu, telur itu menetas menjadi seekor anak ayam yang sangat
lucu. Cindelaras memelihara anak ayamnya dengan rajin. Kian hari anak
ayam itu tumbuh menjadi seekor ayam jantan yang gagah dan kuat. Tetapi
ada satu yang aneh dari ayam tersebut. Bunyi kokok ayam itu berbeda
dengan ayam lainnya. "Kukuruyuk... Tuanku Cindelaras, rumahnya di tengah
rimba, atapnya daun kelapa, ayahnya Raden Putra...", kokok ayam itu
Cindelaras sangat takjub mendengar kokok ayamnya itu dan segera
memperlihatkan pada ibunya. Lalu, ibu Cindelaras menceritakan asal usul
mengapa mereka sampai berada di hutan. Mendengar cerita ibundanya,
Cindelaras bertekad untuk ke istana dan membeberkan kejahatan selir
baginda. Setelah di ijinkan ibundanya, Cindelaras pergi ke istana
ditemani oleh ayam jantannya. Ketika dalam perjalanan ada beberapa orang
yang sedang menyabung ayam. Cindelaras kemudian dipanggil oleh para
penyabung ayam. "Ayo, kalau berani, adulah ayam jantanmu dengan ayamku,"
tantangnya. "Baiklah," jawab Cindelaras. Ketika diadu, ternyata ayam
jantan Cindelaras bertarung dengan perkasa dan dalam waktu singkat, ia
dapat mengalahkan lawannya. Setelah beberapa kali diadu, ayam Cindelaras
tidak terkalahkan.
Berita tentang kehebatan ayam Cindelaras tersebar dengan cepat hingga
sampai ke Istana. Raden Putra akhirnya pun mendengar berita itu.
Kemudian, Raden Putra menyuruh hulubalangnya untuk mengundang Cindelaras
ke istana. "Hamba menghadap paduka," kata Cindelaras dengan santun.
"Anak ini tampan dan cerdas, sepertinya ia bukan keturunan rakyat
jelata," pikir baginda. Ayam Cindelaras diadu dengan ayam Raden Putra
dengan satu syarat, jika ayam Cindelaras kalah maka ia bersedia
kepalanya dipancung, tetapi jika ayamnya menang maka setengah kekayaan
Raden Putra menjadi milik Cindelaras.
Dua ekor ayam itu bertarung dengan gagah berani. Tetapi dalam waktu
singkat, ayam Cindelaras berhasil menaklukkan ayam sang Raja. Para
penonton bersorak sorai mengelu-elukan Cindelaras dan ayamnya. "Baiklah
aku mengaku kalah. Aku akan menepati janjiku. Tapi, siapakah kau
sebenarnya, anak muda?" Tanya Baginda Raden Putra. Cindelaras segera
membungkuk seperti membisikkan sesuatu pada ayamnya. Tidak berapa lama
ayamnya segera berbunyi. "Kukuruyuk... Tuanku Cindelaras, rumahnya di
tengah rimba, atapnya daun kelapa, ayahnya Raden Putra...," ayam jantan
itu berkokok berulang-ulang. Raden Putra terperanjat mendengar kokok
ayam Cindelaras. "Benarkah itu?" Tanya baginda keheranan. "Benar
Baginda, nama hamba Cindelaras, ibu hamba adalah permaisuri Baginda."
Bersamaan dengan itu, sang patih segera menghadap dan menceritakan semua
peristiwa yang sebenarnya telah terjadi pada permaisuri. "Aku telah
melakukan kesalahan," kata Baginda Raden Putra. "Aku akan memberikan
hukuman yang setimpal pada selirku," lanjut Baginda dengan murka.
Kemudian, selir Raden Putra pun di buang ke hutan. Raden Putra segera
memeluk anaknya dan meminta maaf atas kesalahannya Setelah itu, Raden
Putra dan hulubalang segera menjemput permaisuri ke hutan.. Akhirnya
Raden Putra, permaisuri dan Cindelaras dapat berkumpul kembali. Setelah
Raden Putra meninggal dunia, Cindelaras menggantikan kedudukan ayahnya.
Ia memerintah negerinya dengan adil dan bijaksana.
sumber link :
http://www.lokerseni.web.id/2012/01/cerita-rakyat-cindelaras.html#ixzz2XPASKgtI
BATU MENANGIS
Cerita Legenda Kalimantan
Disebuah bukit yang jauh dari desa, didaerah Kalimantan hiduplah seorang janda miskin dan seorang anak gadisnya.
Anak gadis janda itu sangat
cantik jelita. Namun sayang, ia mempunyai prilaku yang amat buruk. Gadis
itu amat pemalas, tak pernah membantu ibunya melakukan
pekerjaan-pekerjaan rumah. Kerjanya hanya bersolek setiap hari.
Selain pemalas, anak gadis itu
sikapnya manja sekali. Segala permintaannya harus dituruti. Setiap kali
ia meminta sesuatu kepada ibunya harus dikabulkan, tanpa memperdulikan
keadaan ibunya yang miskin, setiap hari harus membanting tulang mencari
sesuap nasi.
Pada suatu hari anak gadis itu
diajak ibunya turun ke desa untuk berbelanja. Letak pasar desa itu amat
jauh, sehingga mereka harus berjalan kaki yang cukup melelahkan. Anak
gadis itu berjalan melenggang dengan memakai pakaian yang bagus dan
bersolek agar orang dijalan yang melihatnya nanti akan mengagumi
kecantikannya. Sementara ibunya berjalan dibelakang sambil membawa
keranjang dengan pakaian sangat dekil. Karena mereka hidup ditempat
terpencil, tak seorangpun mengetahui bahwa kedua perempuan yang berjalan
itu adalah ibu dan anak.
Ketika mereka mulai memasuki
desa, orang-orang desa memandangi mereka. Mereka begitu terpesona
melihat kecantikan anak gadis itu, terutama para pemuda desa yang tak
puas-puasnya memandang wajah gadis itu. Namun ketika melihat orang yang
berjalan dibelakang gadis itu, sungguh kontras keadaannya. Hal itu
membuat orang bertanya-tanya.
Di antara orang yang melihatnya
itu, seorang pemuda mendekati dan bertanya kepada gadis itu, "Hai, gadis
cantik. Apakah yang berjalan dibelakang itu ibumu?"
Namun, apa jawaban anak gadis itu ?
"Bukan," katanya dengan angkuh. "Ia adalah pembantuku !"
Kedua
ibu dan anak itu kemudian meneruskan perjalanan. Tak seberapa jauh,
mendekati lagi seorang pemuda dan bertanya kepada anak gadis itu.
"Hai, manis. Apakah yang berjalan dibelakangmu itu ibumu?"
"Bukan, bukan," jawab gadis itu dengan mendongakkan kepalanya. " Ia adalah budakk!"
Begitulah
setiap gadis itu bertemu dengan seseorang disepanjang jalan yang
menanyakan perihal ibunya, selalu jawabannya itu. Ibunya diperlakukan
sebagai pembantu atau budaknya.
Pada mulanya mendengar jawaban
putrinya yang durhaka jika ditanya orang, si ibu masih dapat menahan
diri. Namun setelah berulang kali didengarnya jawabannya sama dan yang
amat menyakitkan hati, akhirnya si ibu yang malang itu tak dapat menahan
diri. Si ibu berdoa.
"Ya Tuhan, hamba tak kuat
menahan hinaan ini. Anak kandung hamba begitu teganya memperlakukan diri
hamba sedemikian rupa. Ya, tuhan hukumlah anak durhaka ini ! Hukumlah
dia...."
Atas kekuasaan Tuhan
Yang Maha Esa, perlahan-lahan tubuh gadis durhaka itu berubah menjadi
batu. Perubahan itu dimulai dari kaki. Ketika perubahan itu telah
mencapai setengah badan, anak gadis itu menangis memohon ampun kepada
ibunya.
" Oh, Ibu..ibu..ampunilah saya,
ampunilah kedurhakaan anakmu selama ini. Ibu...Ibu...ampunilah anakmu.."
Anak gadis itu terus meratap dan menangis memohon kepada ibunya. Akan
tetapi, semuanya telah terlambat. Seluruh tubuh gadis itu akhirnya
berubah menjadi batu. Sekalipun menjadi batu, namun orang dapat melihat
bahwa kedua matanya masih menitikkan air mata, seperti sedang menangis.
Oleh karena itu, batu yang berasal dari gadis yang mendapat kutukan
ibunya itu disebut " Batu Menangis ".
Demikianlah cerita berbentuk
legenda ini, yang oleh masyarakat setempat dipercaya bahwa kisah itu
benar-benar pernah terjadi. Barang siapa yang mendurhakai ibu kandung
yang telah melahirkan dan membesarkannya, pasti perbuatan laknatnya itu
akan mendapat hukuman dari Tuhan Yang Maha Kuasa.
dan Kunjungi
Kumpulan Cerita Rakyat yang lainnya..
SANGKURIANG
Cerita Rakyat Jawa Barat
Pada jaman dahulu, di Jawa Barat
hiduplah seorang putri raja yang bernama Dayang Sumbi. Ia mempunyai
seorang anak laki-laki yang bernama Sangkuriang. Anak tersebut sangat
gemar berburu di dalam hutan. Setiap berburu, dia selalu ditemani oleh
seekor anjing kesayangannya yang bernama Tumang. Tumang sebenarnya
adalah titisan dewa, dan juga bapak kandung Sangkuriang, tetapi
Sangkuriang tidak tahu hal itu dan ibunya memang sengaja
merahasiakannya.
Pada suatu hari, seperti
biasanya Sangkuriang pergi ke hutan untuk berburu. Setelah sesampainya
di hutan, Sangkuriang mulai mencari buruan. Dia melihat ada seekor
burung yang sedang bertengger di dahan, lalu tanpa berpikir panjang
Sangkuriang langsung menembaknya, dan tepat mengenai sasaran.
Sangkuriang lalu memerintah Tumang untuk mengejar buruannya tadi, tetapi
si Tumang diam saja dan tidak mau mengikuti perintah Sangkuriang.
Karena sangat jengkel pada Tumang, maka Sangkuriang lalu mengusir Tumang
dan tidak diijinkan pulang ke rumah bersamanya lagi.
Sesampainya di rumah,
Sangkuriang menceritakan kejadian tersebut kepada ibunya. Begitu
mendengar cerita dari anaknya, Dayang Sumbi sangat marah. Diambilnya
sendok nasi, dan dipukulkan ke kepala Sangkuriang. Karena merasa kecewa
dengan perlakuan ibunya, maka Sangkuriang memutuskan untuk pergi
mengembara, dan meninggalkan rumahnya.
Setelah kejadian itu, Dayang
Sumbi sangat menyesali perbuatannya. Ia berdoa setiap hari, dan meminta
agar suatu hari dapat bertemu dengan anaknya kembali. Karena kesungguhan
dari doa Dayang Sumbi tersebut, maka Dewa memberinya sebuah hadiah
berupa kecantikan abadi dan usia muda selamanya.
Setelah bertahun-tahun lamanya
Sangkuriang mengembara, akhirnya ia berniat untuk pulang ke kampung
halamannya. Sesampainya di sana, dia sangat terkejut sekali, karena
kampung halamannya sudah berubah total. Rasa senang Sangkuriang tersebut
bertambah ketika saat di tengah jalan bertemu dengan seorang wanita
yang sangat cantik jelita, yang tidak lain adalah Dayang Sumbi. Karena
terpesona dengan kecantikan wanita tersebut, maka Sangkuriang langsung
melamarnya. Akhirnya lamaran Sangkuriang diterima oleh Dayang Sumbi, dan
sepakat akan menikah di waktu dekat. Pada suatu hari, Sangkuriang
meminta ijin calon istrinya untuk berburu di hatan. Sebelum berangkat,
ia meminta Dayang Sumbi untuk mengencangkan dan merapikan ikat
kapalanya. Alangkah terkejutnya Dayang Sumbi, karena pada saat dia
merapikan ikat kepala Sangkuriang, Ia melihat ada bekas luka. Bekas luka
tersebut mirip dengan bekas luka anaknya. Setelah bertanya kepada
Sangkuriang tentang penyebab lukanya itu, Dayang Sumbi bertambah
tekejut, karena ternyata benar bahwa calon suaminya tersebut adalah
anaknya sendiri.
Dayang Sumbi sangat bingung
sekali, karena dia tidak mungkin menikah dengan anaknya sendiri. Setelah
Sangkuriang pulang berburu, Dayang Sumbi mencoba berbicara kepada
Sangkuriang, supaya Sangkuriang membatalkan rencana pernikahan mereka.
Permintaan Dayang Sumbi tersebut tidak disetujui Sangkuriang, dan hanya
dianggap angin lalu saja.
Setiap hari Dayang Sumbi
berpikir bagaimana cara agar pernikahan mereka tidak pernah terjadi.
Setelah berpikir keras, akhirnya Dayang Sumbi menemukan cara terbaik.
Dia mengajukan dua buah syarat kepada Sangkuriang. Apabila Sangkuriang
dapat memenuhi kedua syarat tersebut, maka Dayang Sumbi mau dijadikan
istri, tetapi sebaliknya jika gagal maka pernikahan itu akan dibatalkan.
Syarat yang pertama Dayang Sumbi ingin supaya sungai Citarum dibendung.
Dan yang kedua adalah, meminta Sangkuriang untuk membuat sampan yang
sangat besar untuk menyeberang sungai. Kedua syarat itu harus diselesai
sebelum fajar menyingsing.
Sangkuriang menyanggupi kedua
permintaan Dayang Sumbi tersebut, dan berjanji akan menyelesaikannya
sebelum fajar menyingsing. Dengan kesaktian yang dimilikinya,
Sangkuriang lalu mengerahkan teman-temannya dari bangsa jin untuk
membantu menyelesaikan tugasnya tersebut. Diam-diam, Dayang Sumbi
mengintip hasil kerja dari Sangkuriang. Betapa terkejutnya dia, karena
Sangkuriang hampir menyelesaiklan semua syarat yang diberikan Dayang
Sumbi sebelum fajar.
Dayang Sumbi lalu meminta
bantuan masyarakat sekitar untuk menggelar kain sutera berwarna merah di
sebelah timur kota. Ketika melihat warna memerah di timur kota,
Sangkuriang mengira kalau hari sudah menjelang pagi. Sangkuriang
langsung menghentikan pekerjaannya dan merasa tidak dapat memenuhi
syarat yang telah diajukan oleh Dayang Sumbi.
Dengan rasa jengkel dan kecewa,
Sangkuriang lalu menjebol bendungan yang telah dibuatnya sendiri. Karena
jebolnya bendungan itu, maka terjadilah banjir dan seluruh kota
terendam air. Sangkuriang juga menendang sampan besar yang telah
dibuatnya. Sampan itu melayang dan jatuh tertelungkup, lalu menjadi
sebuah gunung yang bernama Tangkuban Perahu.
Cerita Rakyat Sangkuriang Semoga
Bermanfaan dan Share Postingan ini apabila bermanfaat buat anda, kami
ucapkan banyak terimakasih atas kunjungannya dan Kunjungi
Kumpulan Cerita Rakyat yang lainnya...
MALIN KUNDANG
Cerita Rakyat Sumatera Barat
Pada suatu hari, hiduplah sebuah keluarga di pesisir pantai wilayah
Sumatra. Keluarga itu mempunyai seorang anak yang diberi nama Malin
Kundang. Karena kondisi keluarga mereka sangat memprihatinkan, maka ayah
malin memutuskan untuk pergi ke negeri seberang.
Besar harapan malin dan ibunya, suatu hari nanti ayahnya pulang dengan
membawa uang banyak yang nantinya dapat untuk membeli keperluan
sehari-hari. Setelah berbulan-bulan lamanya ternyata ayah malin tidak
kunjung datang, dan akhirnya pupuslah harapan Malin Kundang dan ibunya.
Setelah Malin Kundang beranjak dewasa, ia berpikir untuk mencari nafkah
di negeri seberang dengan harapan nantinya ketika kembali ke kampung
halaman, ia sudah menjadi seorang yang kaya raya. Akhirnya Malin Kundang
ikut berlayar bersama dengan seorang nahkoda kapal dagang di kampung
halamannya yang sudah sukses.
Selama berada di kapal, Malin Kundang banyak belajar tentang ilmu
pelayaran pada anak buah kapal yang sudah berpengalaman. Malin belajar
dengan tekun tentang perkapalan pada teman-temannya yang lebih
berpengalaman, dan akhirnya dia sangat mahir dalam hal perkapalan.
Banyak pulau sudah dikunjunginya, sampai dengan suatu hari di tengah
perjalanan, tiba-tiba kapal yang dinaiki Malin Kundang di serang oleh
bajak laut. Semua barang dagangan para pedagang yang berada di kapal
dirampas oleh bajak laut. Bahkan sebagian besar awak kapal dan orang
yang berada di kapal tersebut dibunuh oleh para bajak laut. Malin
Kundang sangat beruntung dirinya tidak dibunuh oleh para bajak laut,
karena ketika peristiwa itu terjadi, Malin segera bersembunyi di sebuah
ruang kecil yang tertutup oleh kayu.
Malin Kundang terkatung-katung ditengah laut, hingga akhirnya kapal yang
ditumpanginya terdampar di sebuah pantai. Dengan sisa tenaga yang ada,
Malin Kundang berjalan menuju ke desa yang terdekat dari pantai.
Sesampainya di desa tersebut, Malin Kundang ditolong oleh masyarakat di
desa tersebut setelah sebelumnya menceritakan kejadian yang menimpanya.
Desa tempat Malin terdampar adalah desa yang sangat subur. Dengan
keuletan dan kegigihannya dalam bekerja, Malin lama kelamaan berhasil
menjadi seorang yang kaya raya. Ia memiliki banyak kapal dagang dengan
anak buah yang jumlahnya lebih dari 100 orang. Setelah menjadi kaya
raya, Malin Kundang mempersunting seorang gadis untuk menjadi istrinya.
Setelah beberapa lama menikah, Malin dan istrinya melakukan pelayaran
dengan kapal yang besar dan indah disertai anak buah kapal serta
pengawalnya yang banyak. Ibu Malin Kundang yang setiap hari menunggui
anaknya, melihat kapal yang sangat indah itu, masuk ke pelabuhan. Ia
melihat ada dua orang yang sedang berdiri di atas geladak kapal. Ia
yakin kalau yang sedang berdiri itu adalah anaknya Malin Kundang beserta
istrinya.
Malin Kundang pun turun dari kapal. Ia disambut oleh ibunya. Setelah
cukup dekat, ibunya melihat belas luka dilengan kanan orang tersebut,
semakin yakinlah ibunya bahwa yang ia dekati adalah Malin Kundang.
"Malin Kundang, anakku, mengapa kau pergi begitu lama tanpa mengirimkan
kabar?", katanya sambil memeluk Malin Kundang. Tetapi Kundang segera
melepaskan pelukan ibunya dan mendorongnya hingga terjatuh. "Wanita tak
tahu diri, sembarangan saja mengaku sebagai ibuku", kata Malin Kundang
pada ibunya. Malin Kundang pura-pura tidak mengenali ibunya, karena malu
dengan ibunya yang sudah tua dan mengenakan baju compang-camping.
"Wanita itu ibumu?", Tanya istri Malin Kundang. "Tidak, ia hanya seorang
pengemis yang pura-pura mengaku sebagai ibuku agar mendapatkan harta
ku", sahut Malin kepada istrinya. Mendengar pernyataan dan diperlakukan
semena-mena oleh anaknya, ibu Malin Kundang sangat marah. Ia tidak
menduga anaknya menjadi anak durhaka. Karena kemarahannya yang memuncak,
ibu Malin menengadahkan tangannya sambil berkata "Oh Tuhan, kalau benar
ia anakku, aku sumpahi dia menjadi sebuah batu". Tidak berapa lama
kemudian angin bergemuruh kencang dan badai dahsyat datang menghancurkan
kapal Malin Kundang. Setelah itu tubuh Malin Kundang perlahan menjadi
kaku dan lama-kelamaan akhirnya berbentuk menjadi sebuah batu karang.
sumber link :
http://www.lokerseni.web.id/2012/01/cerita-rakyat-maling-kundang.html#ixzz2XPAtlY00